Selasa, 02 Oktober 2012

MOTIV AMERIKA DALAM MENGAMANKAN SELAT MELAKA

Apa Motivasi Amerika untuk Ikut Mengamankan Selat Malaka?

A.    Latar belakang
Selat Melaka jalur laut sepanjang 900 KM di Asia Tenggara ini adalah sebuah selat yang terletak diantara Semenanjung Malaysia (Thailand, Malaysia, Singapura) dan pulau Sumatra Indonesia.Secara umum selat Malaka memisahkan Semenanjung Malaysia (disebelah timur) dan Pulau Sumatra (disebelah barat). Selat Melaka jika dilhat lebih luas lagi akan nampak menghubungkan Samudera Pasifik di timur dan Samudera India di barat. Bahkan dari atas peta dan atlas, sesungguhnya selat ini menjadi seperti penghubung dunia belahan timur dan barat. Inilah yang membuat perananan selat Malaka tidak pernah sepi dari catatan sejarah. Bangsa-banga Eropa telah mengenal lama jalur ini, bahkan bangsa China dan Arab yang pada saat  itu menjadikan jalur ini sebagai “pasar” terbaiknya dan sering kali membuat pemukiaman-pemukiman, lalu lama-kelamaan menetap dan menjadi bagian dari masyarakat disana.

Dari sisi pengamatan geografis, sebenarnya Selat Malaka berdekatan pula dengan selat Banten sekarang kebih dikenal sebagai selat Sunda yang menghubungkan antara pulau Jawa dan Sumatera. Penjabaran lebih lanjut terkait sisi ekonomi yang dimilki selat Malaka, rupanya sudah sejak lama merupakan sebuah jalur penting yang menghubungkan Cina dan India, dan seringkali digunakan untuk tujuan perdagangan. Di era modern, Selat ini merupakan jalur antara Eropa, Terusan Suez, dan negara-negara penghasil minyak di Teluk Persia; serta pelabuhan-pelabuhan Asia Timur yang sibuk. Dari segi ekonomi dan strategis tersebut dapat kita lihat bahwa Selat Melaka merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia, sama pentingnya seperti Terusan Suez atau Terusan Panama.
Seperti yang dikutip dari koran Tempo bahwa aktifitas perdagangan dunia 30-40% dari total mobilitas perdagangan dunia 50-60 ribu kapal setiap tahunnya lalu-lalang di sekitar selat Malaka. 11 juta barel minyak dan 2/3 LNG dunia diangkut kapal tanker setiap harinya termasuk sebagai pemasok 80% kebutuhan minyak Jepang, China, Korea dan Taiwan .

Melihat data-data potensi dan bagaimana selat Malaka punya peran besar dalam perekonomian, bukan hanya di Asia Tenggara dan Asia secara keseluruhan, namun jalur selat Malaka sudah seperti urat nadi perekonomian dunia. Jalur pasokan minyak dari Timur Tengah dan Teluk Persia ke Jepang dan Amerika Serikat, misalnya, sekitar 70% pelayarannya melewati perairan Indonesia . Karenanya sangat wajar bila berbagai negara berkepentingan mengamankan jalur pasokan minyak ini, termasuk di perairan nusantara, seperti, Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar, Selat Ombai Wetar, dan lain-lain.
Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Melaka setiap tahunnya, mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Oleh karena lebar Selat Melaka hanya 1,5 mil laut pada titik tersempit, yaitu Selat Phillips dekat Singapura, ia merupakan salah satu dari kemacetan lalu lintas terpenting di dunia. Semua faktor tersebut menyebabkan kawasan itu menjadi sebuah target pembajakan dan kemungkinan target terorisme, lokasi geografis Selat Malaka menjadikannya rapuh terhadap praktik perompakan.
Pembajakan di Selat Melaka menjadi masalah yang mendalam akhir-akhir ini, meningkat dari 25 serangan pada 1994 hingga mencapai rekor 220 pada 2000 . Lebih dari 150 serangan terjadi pada 2003. Jumlah ini mencakup sekitar sepertiga dari seluruh pembajakan pada 2003. Dan Malaysia yang menjadi daerah tujaun wisata utama di daerah Asia Tenggara, bisa terancam kestabilannya, sebab turis asing akan berfikir dua kali jika melihat keadaan di selat Malaka yang menjadi urat nadi transportasi di Malaysia dalam keadaan tidak aman.

Internasional Maritime Organization (IMO) menyatakan bahwa aksi perompakan yang terjadi di perairan Asia Pasifik, khususnya kawasan Asia Tenggara adalah yang tertinggi di dunia. Pelaku perompakan tidak hanya menggunakan senjata tradisional, tetapi juga senjata api dan peralatan berteknologi canggih.
Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, membutuhkan sistem pertahanan yang mampu mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan untuk menjaga dan melindungi dari segala bentuk ancaman.  Sistem pertahanan  negara yang kuat bukan saja mampu menjaga kehormatan bangsa, namun juga menjadi instrumen yang efektif untuk bargaining position dalam hubungan antarbangsa.

Inilah yang menjadi perhatian setidaknya tiga negara yang saling berbatasan di wilayahnya di selat Malaka. Alhasil, dalam satu dekade terakhir tampak adanya upaya beberapa negara Asean telah melipat gandakan kekuatan militernya. Meilhat fenomena ini Amerika pun nampaknya tak ingin ketinggalan dalam upaya pengamanan Selat Malaka yang menjadi jantung perlintasan dagang dunia ini, Alasannya Malaysia, Singapura, dan Indonesia saja tidak cukup kuat untuk menangani perompakan atau pembajakan yang ada.
 Beberapa analis juga menyebutkan bahwa kehadiran Amerika ini sebagai bentuk usaha Amerika untuk memebendung pengaruh Cina yang tengah bangkit dan berusaha untuk menggantikan keberadaan Amerika Serikat diwilayah Asia Tenggara. Indonesia sebenarnya dalam hal ini juga ikut terancam stabilitas keamanan wilayah maritimnya dengan adanya pengawasan kapal-kapal besar milik Singapura, Malaysia dan juga Amerika Serikat.

B.    Tinjauan TeoritisMerujuk dari permasalahan diatas, ada beberapa hal yang bisa kita kaji dari sudut pandang realis, yaitu Negara, Power, National Interest, dan juga Hegemoni. Dilihat dari actor yang terlibat dalam masalah ini adalah Negara (state). Aliran realis mengatakan bahwa actor tunggal dalam interaksi atau hubungan internasional adalah Negara. Untuk mengamankan wilayah perairan lintas dagang internasional ini 3 negara yang berada di wilayah tersebut seperti Malaysia, Singapura, dan juga Indonesia bersama-sama melakukan pengawasan bersama dikarenakan jalur lintas dagang internasional yang merupakan salah satu jalur tersibuk dan terpadat di dunia ini membuatnya rawan akan kriminalitas seperti, perompakan dan lain-lainnya.
Kedua National Interest (Kepentingan Nasional). Secara konseptual kepentingan nasional ialah nilai-nilai dasar yang terpelihara dan dipertahankan oleh satu Negara dalam mencapai tujuannya  Salah satu factor yang mendasar dan akhirnya membentuk perilaku luar negeri satu Negara adalah kepentingan nasionalnya. Selain 3 negara yang punya kepentingan dalam pengawasan akan Selat Malaka ini, ternyata Amerika juga ingin ikut ambil bagian dalam usaha pengawasan salah satu Selat tersibuk di dunia ini. Hal ini sebagai usaha Amerika untuk melindungi kepentingan nasionalnya, seperti yang dijelasakan diatas 70% dari kebutuhan minyak nasional Amerika yang didatangkan dari Timur Tengah itu dibawa harus melalui selat malaka. Hal ini mendorong pemerintah amerika untuk menempatkan kekuatan angkatan lautnya di sekitar Selat Malaka itu sendiri.

Ketiga power atau influence. Power merupakan perpaduan antara pengaruh persuasive dan kekuatan koersif . Sebagaimana kita ketahui, Amerika adalah salah satu Negara yang memiliki hak veto di PBB, serta Amerika dapat mengintervensi PBB demi tercapainya kepentingan nasionalnya hal ini jugalah sebenarnya yang mendorong Amerika untuk menempatkan pasukannya disekitar selat ini merupakan usaha untuk membendung kekuatan Cina yang kini perlahan hadir sebagai kekuatan baru di kawasan Asia. Amerika tidak ingin Cina menancapkan pengaruhnya lebih dalam lagi di daerah yang secara geopolitik dipandang penting oleh Amerika.

Keempat, yakni permasalahan soal hegemoni. Hegemoni sendiri merupakan dominasi suatu Negara terhadap Negara lain. Setelah usainya perang dingin yang meruntuhkan Uni Soviet menjadikan Amerika satu-satunya Negara hegemoni di dunia. belum ada satupun Negara yang dapat menyaingi pengaruh Amerika di dunia. Namun dewasa ini Cina mulai bangkit melalui ekonominya yang cukup pesat, Amerika secara langsung menjadi “ketar ketir” karna bisa jadi Cina pada akhirnya muncul sebagai kekuatan hegemoni baru menjadi pesaingnya, jika hal ini berhasil, maka Amerika sebagai Negara hegemoni yang juga mempunyai pengaruh besar di kawasan Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan juga Asia Tenggara pasti akan berkurang bahkan bisa hilang dari wilayah Asia. Dan juga Cina merupakan pemegang saham yang lumayan besar yang juga membantu mendongkrak perekonomian Amerika.

Dari penjabaran mengenai power dalam pandangan realis, adalah hal wajar jika Amerika ikut andil dalam pengawasan selat malaka dibalik memberikan pengawasan, Amerika ternyata juga ingin memperkuat pertahanan dikawasan asia tenggara khususnya, untuk meningkatkan kapabilitas negaranya untuk menekan kemunculan Negara hegemoni baru dikawasan Asia yaitu Cina yang jika dibiarkan kekuatan atau pengaruh Amerika pasti berkurang dengan sendirinya.

Jika hal tersebut terjadi maka, Amerika akan mengalami fase yang dikenal sebagai Struggle for Power yaitu kondisi dimana satu Negara tidak mampu meningkatkan pengamanannya sendiri, maka Negara itu akan diserang. Sebenarnya dalam UNCLOS yakni hukum yang mengatur tentang laut internasional telah dijelaskan, Negara yang berhak memanfaatkan sumber daya, latihan militer dll dikawasan perairan yang potensial adalah Negara yang berbatasan langsung dengan perairan tersebut. Tak hanya itu, dalam dunia internasional sendiri sebenarnya ada asas Non-Intervence, itu berarti tidak boleh adanya intervensi pihak asing jika terjadinya konflik antar Negara. Maka sesuai dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh UNCLOS sebagai dasar hukum laut internasional itu yang berhak untuk memanfaatkan perairan di Selat Malaka sebenarnya adalah 3 negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Hal ini tentu bertentangan dengan perjanjian UNCLOS yang telah ditandatangani oleh ke-empat Negara ini. Akan tetapi jika dirujuk kepada pandangan realisme maka tindakan Amerika untuk ikut ambil bagian dalam pengamanan ini adalah hal yang wajar, terlebih dalam realis perjanjian internasional itu tidaklah dianggap penting. Hal ini dikarenakan, dalam pandangan realis Negara adalah actor tunggal dalam dunia internasional. Begitu juga dengan system internasional itu dalam pendangan realis bersifat anarki yang model hubungan antar Negara berbentuk kompetisi yang lebih mengedepankan konsep self help, dan juga Negara itu bersifat rasional.

DAFTAR PUSTAKA
Agung Banyu Perwita, Anak. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. Hubungan Internasional: Persfektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://yanel.wetpaint.com/page/Geopolitik diakses pada tanggal 16 Maret pukul 11.37
http://beritasore.com/2009/01/07/12-pulau-di-selat-malaka-rawan-konflik/ diakses pada tanggal 16 Maret pukul 11.56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar