Power and Diplomasi :
Reflections on power and diplomacy
Pendahuluan
Diplomasi
dan power merupakan dua konsep yang
tidak dapat dipisahkan. Kedua konsep tersebut saling mendukung satu sama lain.
Diplomasi yang merupakan bagian dari konsep yang dapat dikaitkan dengan politik
mempunyai kaitannya yang erat bahkan dapat memengaruhi hasil dan tujuan yang
hendak dicapai melalui diplomasi. Tulisan ini akan memaparkan refleksi power (kekuasaan) dan diplomasi yang
banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan diplomasi pada saat ini.
Pembahasan
Kata
Power berasal dari bahasa inggris yang berarti kekuatan,dan dalam ilmu politik
Power bisa dikatakan sebagai kekuasaan. Menguraikan konsep kekuasaan politik
kita perlu melihat pada kedua elemennya, yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik
yang berasal dari bahasa Yunani Politeia (berarti kiat
memimpin kota
(polis). Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
memengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para
pelaku.Para sarjana ilmu politik beranggapan bahwa kekuasaan politik adalah
semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan
kekuasaan. Biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan (power struggle)
ini mempunyai tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat.
Efektifitas diplomasi suatu negara ditentukan oleh
kekuatan yang dimilikinya. Semakin besar kekuatan yang dimiliki maka semakin
mudah bagi negara tersebut memperoleh keinginannya melalui proses negosiasi.
Sebaliknya, negara yang memiliki kekuatan yang lemah akan kesulitan melakukan
negosiasi bahkan mengalami suatu ketergantungan terhadap negara lain. Kekuatan
suatu negara mencakup, kekuatan ekonomi, militer dan stabilitas politik.
Kekuatan yang dimiliki suatu negara akan menentukan besarnya pengaruh negara
tersebut dalam sistem internasional.
Diplomasi juga mempunyai pengaruh
terhadap kekuatan suatu negara. Melalui diplomasi negara-negara dapat melakukan
kerjasama ekonomi dan perdagangan untuk meningkatkan kekuatan ekonominya.
Diplomasi juga digunakan untuk membentuk kekuatan militer yang kuat. Kerjasama
pertahanan-keamanan, pembentukan aliansi dan upaya mengisolasi ancaman secara
kolektif dapat dilakukan melalui proses diplomasi. Stabilitas politik dalam
negeri suatu negara juga tak luput dari pengaruh diplomasi. Pencapaian kepentingan nasional melaui
diplomasi akan menghasilkan pemerintahan yang solid dan kesejahteraan
masyarakat.
Negara yang memiliki kekuatan
dan pengaruh dalam perekonomian memiliki posisi tawar (bergaining position) yang kuat dalam pertarungan diplomasi global.
Kebijakan-kebijakan luar negeri negara dengan perekonomian yang kuat mudahnya dipatuhi oleh negara-negara lain.
Sebaliknya negara yang perekonomiannya lemah akan mengalami ketergantungan
terhadap negara ekonomi maju dan kebijakan-kebijakannya diintervensi negara
kuat.
Kekuatan lainnya yang tidak
kalah vital adalah militer. Dengan kekuatan ekonomi yang begitu kuat maka kekuatan militer suatu negara juga akan
berkembang. Teknologi militer yang maju dan modern sering kali menjadi alat
untuk intimidasi bagi suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya (national interest). Pemanfaatan
penguasaan teknologi militer untuk mengintimidasi suatu negara dilakukan demi
menjaga kepentingan nasional suatu negara.
Bidang militer sangat
mempengaruhi diplomasi karena memiliki kekuatan militer yang tangguh akan
menambah rasa percaya diri, sehingga bisa mengabaikan ancaman-ancaman dan
tekanan lawan yang dapat mengganggu kepentingan nasionalnya. Kekuatan militer
diperlihatkan dalam parade militer di hari-hari nasional untuk menggertak dan
memperingatkan negara-negara lawan sehingga perang dapat dihindarkan. Dalam
diplomasi perang adalah pilihan terakhir sehingga pertarungan kekuatan militer
secara langsung jarang terjadi.
Stabilitas suatu negara menjadi
kekuatan dalam proses diplomasi. Stabilitas politik internal mendukung proses
perumusan dan pencapaian kebijakan politik luar negeri. Henry Kissinger menyebutkan “foreign policy begins
when domectic policy ends”.
Negara yang menganut sistem politik demokrasi akan memberi kebebasan
pada masyarakat untuk melakukan
aktifitasnya, mulai dari berpolitik, berdagang dan lain-lain tanpa campur
tangan negara. Semua lapisan masyarakat diberi kebebasan dalam mengeluarkan
pendapatnya. Kondisi seperti ini akan mendukung stabilitas pada negara yang
menganut sistem demokrasi. Sebaliknya, stabilitas pada negara yang menggunakan
sistem otoriter bergantung pada kemampuan
negara untuk mengendalikan rakyat dan pers. Disisi lain diplomasi merupakan
salah satu cara untuk menciptakan stabilitas internal suatu negara. Pemenuhan
kepentingan nasional akan menciptakan kesejahteraan dan keamanan dalam negeri.
Simpulan
kekuasaan politik adalah semua kegiatan yang
menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya
dianggap bahwa perjuangan kekuasaan (power struggle) ini mempunyai
tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Hubungannya dengan
diplomasi ialah, kekuasaan (power) diperlukan
dalam melaksanakan fungsi diplomasi baik dengan melibatkan instrumen diplomasi
maupun dengan tidak melibatkan instrumen diplomasi. Disisi lain untuk
memperoleh hasil yang diinginkan melalui proses diplomasi suatu negara harus
memiliki kekuatan yang besar sehingga memiliki posisi tawar yang strategis.
Kekuatan suatu negara mencakup, kekuatan ekonomi, militer dan stabilitas
politik. Kekuatan yang dimiliki suatu negara akan menentukan besarnya pengaruh
negara tersebut dalam sistem internasional.
Referensi
Budiardjo, Miriam. Pengantar
ilmu politik. Ed. Revisi 2008 (Jakarta ; PT. Gramedia Utama).
K.J. Holsti. International
Politics.Prentice-Hall. 1983
Hermawan, P Yulius.
Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan Metodologi. Bandung: Graha Ilmu Bandung. 2007.
Perwita, Banyu. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: Rosda Karya. 2005.
S.
L. Roy. 1991. Diplomasi. Jakarta :
Rajawalipress.
bagus.. sangat bermanfaat..
BalasHapus