Selasa, 11 Desember 2012

diplomasi kebudayaan dalam preferensi poltik luar negeri negara berkembang


DIPLOMASI DALAM PREFERENSI POLITIK LUAR NEGERI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

(Studi Kasus: Keberhasilan Diplomasi Kebudayaan Bollywood dalam Hubungan India-Pakistan)

Pembahasan
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia internasional mendorong munculnya suatu cara diplomasi baru. Jika sebelumnya diplomasi merupakan pekerjaan elite politik melalui forum-forum resmi pemerintahan, maka saat ini paradigma tersebut dapat dikatakan sudah tidak relevan lagi. Diplomasi dapat dilakukan oleh siapapun dan melalui bidang apapun. Salah satunya adalah melalui budaya, yang selanjutnya disebut diplomasi kebudayaan.

Melalui dunia perfilmannya yang disebut Bollywood, India berusaha memperkenalkan budaya dan identitasnya secara keseluruhan untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Cara yang ditempuh oleh India dalam mencapai kepentingan nasionalnya ini yang disebut dengan diplomasi kebudayaan. Upaya ini juga diterpakan India dalam memperbaiki hubungannya dengan Pakistan.

Dalam beberapa film India, disampaikan sebuah kisah yang mengacu pada hubungan kesejarahan India-Pakistan. Bahkan, ada yang menunjukkan pertentangan antara kedua negara ini. Tanpa disadari bahwa hubungan masyarakat India dan Pakistan dapat memperbaiki hubungannya yang telah lama terputus.

Peristiwa yang terjadi bebarapa waktu belakangan ini, di mana konflik antara kedua negara ini kian memanas, membuat masyarakat menginginkan pemerintah Pakistan untuk menghalau masuknya film-film Bollywood ke Pakistan. Masalah ini menjadi hal yang menarik untuk dibahas jika ditinjau kembali mengenai keberhasilan film-film India dalam menjalin hubungan yang baik antara masyarakat India dan Pakistan.

 Diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai berikut.

Usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olah raga dan kesenian, maupun secara makro sesuai dengan ciri-ciri khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi ataupun militer[1].

Aktor diplomasi kebudayaan tidak harus pemerintah secara individual ataupun secara kolektif. Tidak menutup kemungkinan jika pihak swasta atau pribadi-pribadi tertentu untuk melakukannya. Pola hubungannya bisa terjadi antar siapa saja sebagai aktornya, baik itu hubungan pemerintah-pemerintah, pemerintah-swasta, maupun swasta-swasta.

Diplomasi kebudayaan bertujuan untuk mempengaruhi pendapat umum (masyarakat negara lain) dalam upaya mendukung suatu kebijakan politik luar negeri tertentu, untuk mencapai kepentingan nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sasaran utama dari pelaksanaan diplomasi kebudayaan ini adalah pendapat umum pada level nasional dari suatu negara-bangsa dan pada level internasional dengan harapan pendapat umum tersebut dapat mempengaruhi pengambil keputusan pada pemerintah dan organisasi internasional.

Film merupakan salah satu bagian dari media yang digunakan dalam diplomasi kebudayaan. Film merupakan cermin dari kebudayaan suatu bangsa karena film menggambarkan berbagai  aspek kehidupan, realitas dan gaya hidup masyarakat suatu negara. film juga mempunyai peran penting di dalam upaya kemajuan kemanusiaan. Dengan kekuatan sinematografinya, efek audio visual dan kemampuan mengonstruksi pemikiran, film telah terbukti sangat efektif sebagai sarana advokasi pemikiran. Film mempunyai kemampuan untuk mengubah gagasan subjektif menjadi objektivitas yang rasional. Sehingga sebuah film dapat memberikan sentuhan, membujka pandangan dan pemikiran baru terhadap sesuatu hal[2][3].

Sejak masuknya film-film Bollywood ke Pakistan, dunia perfilman India mulai menggalakkan pembuatan film yang berkisah mengenai hubungan antara India dan Pakistan. Beberapa di antaranya adalah film-film seperti Ramchand Pakistani, Taj Mahal, dan yang terbaru adalah Veer Zaara yang dibintangi oleh aktor yang mendunia, yaitu Shah Rukh Khan. Film-film ini membawa masyarakat di India dan Pakistan merasa kembali kepada kenangan-kenangan saat kedua negara ini masih menjadi satu bagian yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Baru dua tahun harmonisasi itu terbangun dalam benak masyarakat di kedua negara. konflik muncul kembali pada tahun 2008, di mana terjadi teror terhadap Mumbai. Aksi teror ini memakan korban sekitar 179 orang tewas. India menuding keterlibatan Pakistan di dalamnya. Hal ini membuat masyarakat Pakistan marah dan terjadi perselisihan dengan masyarakat India.

Berdasarkan sejarah dan juga beberapa konsep yang telah disampaikan di atas, maka dapat dilihat dengan jelas faktor-faktor yang membuat Bollywood sukses dalam diplomasi kebudayaannya di Pakistan. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

a.      Kemiripan budaya nasional
India dan Pakistan, dalam sejarah dunia, pernah menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Hingga akhirnya terjadi pergerakan kemerdekaan Pakistan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peradaban dan sumber nilai-nilai budaya dan adat di kedua negara ini berada pada satu tempat yang sama, yaitu Lembah Sungai Indus. Bollywood selalu tampil dengan corak budayanya.

b.      Kisah yang menunjukkan keterkaitan India dengan Pakistan
 Unsur yang paling menarik dan paling aktual adalah adanya kisah-kisah yang mengangkat mengenai hubungan  India dengan Pakistan. Dengan adanya kisah-kisah ini, masyarakat Pakistan dapat merasakan kembali kedamaian dan harmonisnya hubungan mereka dengan masyarakat India pada tahun-tahun sebelum konflik dua negara ini muncul.

c.        Mendunianya perfilman Bollywood
Dunia Bollywood menjadi satu catatan tersendiri dalam perfilman dunia. Kehadiran Bollywood mampu menyaingi Hollywood. Mendunianya perfilman Bollywood yang notabene-nya juga membawa beberapa kisah mengenai Pakistan, secara tidak langsung juga membawa nama Pakistan dai dunia internasional. Hal ini menjadi penghargaan tersendiri bagi masyarakat Pakistan.

d.      Unsur politis dari pemerintahan Pakistan
Pengambilan kebijakan pemerintahan Pakistan ini jelas mengandung unsur politis. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah Pakistan dengan pencabutan undang-undang dalam negerinya untuk melarang masuknya film Bollywood. Tujuan yang pertama adalah pengakuan sebagai negara merdeka. Sejarah Pakistan yang merupakan bekas wilayah India, membawa India kerap kali menggunakan hal ini sebagai alat dalam menjalin hubungan dengan Pakistan. Dengan dibukanya perizinan masuknya Bollywood ke Pakistan, maka ini akan membuat India melihat Pakistan sebagai sebuah negara yang berbatasan langsung dengan wilayahnya.

 Kedua adalah peningkatan sektor finansial dan ekonomi Pakistan. Masuknya film Bollywood ke Pakistan meningkatkan devisa negara. hal ini dikarenakan adanya pajak yang harus dibayar oleh perfilman asing yang masuk ke wilayah suatu negara. Apalagi Bollywood merupakan film yang mendunia dan sangat digemari oleh masyarakat Pakistan. Hal ini akan mendorong gairah perfilman dalam negeri untuk lebih aktif berkarya.
            Ketiga adalah perbaikan hubungan bilateral dengan India sebagaimana desakan negara-negara anggota SAARC (South Asia Association of Regional Cooperation). Negara-negara di seluruh kawasan Asia Selatan meminta India dan Pakistan untuk segera menyelesaikan pertikaian yang terjadi di antara keduanya. Penyelesaian pertikaian dengan India secara diplomatis dan meja perundingan selalu berakhir pada titik buntu. Oleh karena itu, alternatif yang lebih memungkinkan dan sesuai adalah diplomasi kebudayaan. Bollywood menjadi salah satu pilihan yang tepat karena posisinya yang sudah mendunia dan diminati oleh masyarakat dalam negeri.

Referensi
            Festival Film Indonesia: Film, Bagian Dari Diplomasi. Dikutip dariTabloid Diplomasi No. 34 Tahun III Tanggal 15 Agustus- 14 September 2010.
Holsti, K.J. 1978. International Politics A Frame Work For Analysis Third Edition. New Delhi: Prentice Hall of India.
Plano, Jack. C & Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional, terjemahan Wawan Djuanda Putra Abardin.
Roy, S.L. 1995. Diplomasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Warsito, Tulus & Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Ombak.






[1] Tulus Warsito,Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan; Konsep dan Relevansi Bagi Negara
Berkembang Studi Kasus Indonesia(Yogyakarta: Ombak, 2007), hal 4.

[2] Festival Film Indonesia: Film, Bagian Dari Diplomasi, Tabloid Diplomasi No. 34 Tahun III Tanggal 15 Agustus- 14 September 2010, hal. 8.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar