DIPLOMASI
DALAM PREFERENSI POLITIK LUAR NEGERI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
(Studi Kasus: Keberhasilan Diplomasi Kebudayaan Bollywood dalam Hubungan India-Pakistan)
Pembahasan
Perkembangan ilmu
pengetahuan dalam dunia internasional mendorong munculnya suatu cara diplomasi
baru. Jika sebelumnya diplomasi merupakan pekerjaan elite politik melalui
forum-forum resmi pemerintahan, maka saat ini paradigma tersebut dapat
dikatakan sudah tidak relevan lagi. Diplomasi dapat dilakukan oleh siapapun dan
melalui bidang apapun. Salah satunya adalah melalui budaya, yang selanjutnya
disebut diplomasi kebudayaan.
Melalui dunia
perfilmannya yang disebut Bollywood, India berusaha memperkenalkan budaya dan
identitasnya secara keseluruhan untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Cara
yang ditempuh oleh India dalam mencapai kepentingan nasionalnya ini yang
disebut dengan diplomasi kebudayaan. Upaya ini juga diterpakan India dalam
memperbaiki hubungannya dengan Pakistan.
Dalam beberapa film
India, disampaikan sebuah kisah yang mengacu pada hubungan kesejarahan
India-Pakistan. Bahkan, ada yang menunjukkan pertentangan antara kedua negara
ini. Tanpa disadari bahwa hubungan masyarakat India dan Pakistan dapat
memperbaiki hubungannya yang telah lama terputus.
Peristiwa yang terjadi
bebarapa waktu belakangan ini, di mana konflik antara kedua negara ini kian
memanas, membuat masyarakat menginginkan pemerintah Pakistan untuk menghalau
masuknya film-film Bollywood ke Pakistan. Masalah ini menjadi hal yang menarik
untuk dibahas jika ditinjau kembali mengenai keberhasilan film-film India dalam
menjalin hubungan yang baik antara masyarakat India dan Pakistan.
Diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai
berikut.
Usaha
suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi
kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olah raga
dan kesenian, maupun secara makro sesuai dengan ciri-ciri khas yang utama,
misalnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat
dianggap sebagai bukan politik, ekonomi ataupun militer[1].
Aktor diplomasi
kebudayaan tidak harus pemerintah secara individual ataupun secara kolektif.
Tidak menutup kemungkinan jika pihak swasta atau pribadi-pribadi tertentu untuk
melakukannya. Pola hubungannya bisa terjadi antar siapa saja sebagai aktornya,
baik itu hubungan pemerintah-pemerintah, pemerintah-swasta, maupun
swasta-swasta.
Diplomasi kebudayaan
bertujuan untuk mempengaruhi pendapat umum (masyarakat negara lain) dalam upaya
mendukung suatu kebijakan politik luar negeri tertentu, untuk mencapai
kepentingan nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sasaran utama
dari pelaksanaan diplomasi kebudayaan ini adalah pendapat umum pada level
nasional dari suatu negara-bangsa dan pada level internasional dengan harapan
pendapat umum tersebut dapat mempengaruhi pengambil keputusan pada pemerintah
dan organisasi internasional.
Film
merupakan salah satu bagian dari media yang digunakan dalam diplomasi
kebudayaan. Film merupakan cermin dari kebudayaan suatu bangsa karena film
menggambarkan berbagai aspek kehidupan, realitas dan gaya hidup
masyarakat suatu negara. film juga mempunyai peran penting di dalam upaya
kemajuan kemanusiaan. Dengan kekuatan sinematografinya, efek audio visual dan
kemampuan mengonstruksi pemikiran, film telah terbukti sangat efektif sebagai
sarana advokasi pemikiran. Film mempunyai kemampuan untuk mengubah gagasan
subjektif menjadi objektivitas yang rasional. Sehingga sebuah film dapat
memberikan sentuhan, membujka pandangan dan pemikiran baru terhadap sesuatu hal[2][3].
Sejak masuknya
film-film Bollywood ke Pakistan, dunia perfilman India mulai menggalakkan
pembuatan film yang berkisah mengenai hubungan antara India dan Pakistan.
Beberapa di antaranya adalah film-film seperti Ramchand Pakistani, Taj Mahal, dan
yang terbaru adalah Veer Zaara yang dibintangi oleh aktor yang
mendunia, yaitu Shah Rukh Khan. Film-film ini membawa masyarakat di India dan
Pakistan merasa kembali kepada kenangan-kenangan saat kedua negara ini masih
menjadi satu bagian yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Baru dua tahun
harmonisasi itu terbangun dalam benak masyarakat di kedua negara. konflik
muncul kembali pada tahun 2008, di mana terjadi teror terhadap Mumbai. Aksi
teror ini memakan korban sekitar 179 orang tewas. India menuding keterlibatan
Pakistan di dalamnya. Hal ini membuat masyarakat Pakistan marah dan terjadi
perselisihan dengan masyarakat India.
Berdasarkan sejarah
dan juga beberapa konsep yang telah disampaikan di atas, maka dapat dilihat
dengan jelas faktor-faktor yang membuat Bollywood sukses dalam diplomasi
kebudayaannya di Pakistan. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
a.
Kemiripan budaya
nasional
India dan Pakistan,
dalam sejarah dunia, pernah menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Hingga akhirnya
terjadi pergerakan kemerdekaan Pakistan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
peradaban dan sumber nilai-nilai budaya dan adat di kedua negara ini berada
pada satu tempat yang sama, yaitu Lembah Sungai Indus. Bollywood selalu tampil
dengan corak budayanya.
b. Kisah yang menunjukkan keterkaitan India
dengan Pakistan
Unsur yang paling menarik dan paling
aktual adalah adanya kisah-kisah yang mengangkat mengenai hubungan India
dengan Pakistan. Dengan adanya kisah-kisah ini, masyarakat Pakistan dapat merasakan
kembali kedamaian dan harmonisnya hubungan mereka dengan masyarakat India pada
tahun-tahun sebelum konflik dua negara ini muncul.
c. Mendunianya perfilman Bollywood
Dunia
Bollywood menjadi satu catatan tersendiri dalam perfilman dunia. Kehadiran Bollywood
mampu menyaingi Hollywood. Mendunianya perfilman Bollywood yang notabene-nya juga membawa
beberapa kisah mengenai Pakistan, secara tidak langsung juga membawa nama
Pakistan dai dunia internasional. Hal ini menjadi penghargaan tersendiri bagi
masyarakat Pakistan.
d. Unsur politis dari pemerintahan Pakistan
Pengambilan kebijakan
pemerintahan Pakistan ini jelas mengandung unsur politis. Ada beberapa tujuan
yang ingin dicapai oleh pemerintah Pakistan dengan pencabutan undang-undang
dalam negerinya untuk melarang masuknya film Bollywood. Tujuan yang pertama
adalah pengakuan sebagai negara merdeka. Sejarah Pakistan yang merupakan bekas
wilayah India, membawa India kerap kali menggunakan hal ini sebagai alat dalam
menjalin hubungan dengan Pakistan. Dengan dibukanya perizinan masuknya
Bollywood ke Pakistan, maka ini akan membuat India melihat Pakistan sebagai
sebuah negara yang berbatasan langsung dengan wilayahnya.
Kedua adalah
peningkatan sektor finansial dan ekonomi Pakistan. Masuknya film Bollywood ke
Pakistan meningkatkan devisa negara. hal ini dikarenakan adanya pajak yang
harus dibayar oleh perfilman asing yang masuk ke wilayah suatu negara. Apalagi
Bollywood merupakan film yang mendunia dan sangat digemari oleh masyarakat
Pakistan. Hal ini akan mendorong gairah perfilman dalam negeri untuk lebih
aktif berkarya.
Ketiga adalah perbaikan hubungan bilateral dengan India sebagaimana desakan
negara-negara anggota SAARC (South Asia Association of Regional
Cooperation). Negara-negara di seluruh kawasan Asia Selatan meminta
India dan Pakistan untuk segera menyelesaikan pertikaian yang terjadi di antara
keduanya. Penyelesaian pertikaian dengan India secara diplomatis dan meja
perundingan selalu berakhir pada titik buntu. Oleh karena itu, alternatif yang
lebih memungkinkan dan sesuai adalah diplomasi kebudayaan. Bollywood menjadi
salah satu pilihan yang tepat karena posisinya yang sudah mendunia dan diminati
oleh masyarakat dalam negeri.
Referensi
Festival
Film Indonesia: Film, Bagian Dari Diplomasi. Dikutip dariTabloid
Diplomasi No. 34 Tahun III Tanggal 15 Agustus- 14 September 2010.
Holsti, K.J.
1978. International Politics A Frame Work For Analysis Third
Edition. New Delhi: Prentice Hall of India.
Plano, Jack. C &
Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional, terjemahan Wawan
Djuanda Putra Abardin.
Roy, S.L. 1995. Diplomasi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Warsito, Tulus &
Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi
Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Berkembang Studi Kasus Indonesia(Yogyakarta: Ombak, 2007), hal 4.
[2] Festival Film Indonesia: Film, Bagian Dari Diplomasi, Tabloid Diplomasi No. 34 Tahun III Tanggal 15 Agustus- 14
September 2010, hal. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar