Selasa, 04 Desember 2012

DIPLOMASI KEBUDAYAAN


Diplomasi Kebudayaan : Negara-negara berkembang dalam konstelasi kebudayaan moderen dunia
Pendahuluan
Perkembangan diplomasi di era globalisasi menjadikan diplomasi itu sendiri semakin beragam. Salah satunya yaitu diplomasi kebudayaan. Diplomasi kebudayaan merupakan salah satu alat bagi negara negara pada saat ini untuk mendapatkan posisi di mata internasional. Untuk itu, penting menganalisis peran kebudayaan sebagai salah satu kekuatan diplomasi. Karena bentuk dan kekuatan diplomasi kebudayaan suatu negara beragam.
Pembahasan
Konsep diplomasi kebudayaan berasal dari dua kata yakni diplomasi dan kebudayaan. Diplomasi merupakan instrumen yang digunakan dalam hubungan internasional untuk mencapai kepentingan nasional. Secara konvensional, diplomasi adalah usaha suatu bangsa untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam masyarakat internasional. Dalam hal ini diplomasi diartikan bukan hanya perundingan, tapi semua upaya hubungan luar negeri. Menurut Harold Nicholson, diplomasi adalah hal-hal yang mencakup politik luar negeri, negosiasi, mekanisme pelaksanaan negosiasi, dan suatu cabang dinas luar negeri.
                  Sementara definisi kebudayaan, menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi adalah “Semua hasil karya cipta, rasa, dan karsa manusia. Karya menghasilkan  teknologi kebendaan atau (material culture) yang diperlukan manusia untuk enguasai sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kehidupan masyarakat.” Sehingga jika definisi ini disatukan, maka dapat diperoleh gambarab bahwa diplomasi kebudayaan adalah diplomasi yang memanfaatkan aspek kebudayaan untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam percaturan masyarakat internasional. Diplomasi kebudayaan juga dianggap sebagai alat untuk memperlihatkan tingkat peradaban suatu bangsa. Selain itu definisi lain mengenai diplomasi kebudayaan adalah suatu teknik pemanfaatan dimensi kekayaan dalam percaturan hubungan antar  bangsa.”
Kegiatan diplomasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah atau lembaga negara, tetapi juga non-negara, misalnya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok, dan individu. Intinya, kegiatan diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh siapa saja. Dalam kegiatan diplomasi yang dimaksud disini adalah kegiatan diplomasi kebudayaan dalam artian makro, yaitu yang termanifestasikan dalam pariwisata, pendidikan, kebudayaan, kesenian, olahraga, dan ilmu pengetahuan.
Diplomasi kebudayaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan di bidang budaya yang diintegrasikan ke dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara dan pelaksanaannya dikoordinasikan sepenuhnya oleh Departemen Luar Negeri (Deplu). Diplomasi kebudayaan juga harus didukung dengan kekuatan dan kewi-bawaan ekonomi, politik, dan militer. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan pada umumnya efektif dijalankan oleh negara-negara maju
Akan tetapi pada dasarnya ada dua hal penting dalam diplomasi kebudayaan.Pertama, bahwa diplomasi kebudayaan hanya menyangkut pe-manfaatan kebudayaan untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri. Dalam garis itu diplomasi kebudayaan harus dibe-dakan dari pemanfaatan kebudayaan di luar kerangka politik luar negeri, misalnya untuk kepentingan pariwisata. Kedua, pada saat ia mengatakan bahwa diplomasi kebudayaan harus melibatkan kekuatan dan kewibawaan politik, ekonomi, dan militer, dan semua itu dimiliki oleh negara maju, maka efektivi-tas diplomasi kebudayaan dipengaruhi oleh ketidaksetaraan hubungan di antara negara-negara yang terlibat dalam diplomasi kebudayaan itu. Dengan kata lain, diplomasi kebudayaan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan jika berlangsung dalam pola hubungan dominatif-subordinatif, dan insiatif untuk menjalankan diplomasi itu diambil oleh negara maju (dominan) dalam hubungannya dengan negara berkembang (subordinat), dan bukan sebaliknya.
Kedua istilah diplomasi kebudayaan digunakan untuk menyebut pemanfaatan kebudayaan baik dalam rangka praktik politik luar negeri maupun untuk kepentingan pariwisata atau dengan cara lain dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan bagian dari diplomasi kebudayaan. Dengan pemahaman itu pula kedua penulis tersebut menunjukkan bahwa diplomasi kebudayaan ternyata dapat diterapkan secara baik dan berhasil oleh negara negara berkembang seperti Indonesia dengan cara menjalin kerja sama dengan negara-negara maju, terutama Amerika Serikat (AS).
Diplomasi Kebudayaan dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepentingan bangsa dalam memahami, menginformasikan dan mempengaruhi (membangun citra) bangsa lain lewat kebudayaan. Sebenarnya tindakan yang paling efektif untuk merubah citra adalah dengan merubah realitas, namun diplomasi kebudayaan juga menjadi salah satu sarana yang efektif untuk mencapai kepentingan bangsa, agar bangsa lain dapat memahami, mendapat informasi dan dapat dipengaruhi untuk kepentingan-kepentingan berbagai hal dari bangsa kita. Dengan dilakukannya diplomasi kebudayaan, dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman untuk peningkatan citra positif, membangun saling pengertian dan memperbaiki citra bangsa.
Diplomasi kebudayaan tidak hanya berurusan dengan perkara politik, khususnya politik luar negeri, tetapi juga berkaitan dengan bidang lain seperti pariwisata dan perdagangan ekspor. Oleh karena itu, ukuran-ukuran untuk menilai keberhasilan diplomasi ini juga menca-kup lebih banyak variabel. Misalnya indonesia sebagai negara berkembang, dengan Perkembangan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia dan angka ekspor produk non-migas dari Indonesia ke Luar Negeri hanyalah dua contoh dari sejumlah kriteria yang diperlukan untuk menilai efektivitas diplomasi kebudayaan.
Simpulan  
Diplomasi kebudayaan merupakan salah satu strategi untuk mencapai tujuan nasional suatu negara. diplomasi kebudayaan berhubungan erat dengan diplomasi politik, dan banyak bidang lainnya. Yang berarti bahwa diplomasi kebudayaan telah memiliki kedudukan yang sama dengan diplomasi politik. Dan artinya keduanya memiliki hubungan timbal balik satu sama lain.

Referensi
Barston, R.P. 1997. Modern diplomacy. Edisi Kedua. New York: Longman
Nicolson, H. 1988. Diplomacy. London: Institute for the Study of Diplomacy.
Muhaimin, Yahya A.. 2007. “Kata Pengantar: Diplomasi Kebu-ayaan yang Bermakna”, dalam Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang, Studi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Soerjono Soekanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

2 komentar:

  1. Terimakasih Ibu sebelumnya, kalau boleh bertanya. Apakah ibu punya refrensi lain mengenai teori Diplomasi Kebudayaan?

    BalasHapus