Diplomasi Kebudayaan : Negara-negara berkembang
dalam konstelasi kebudayaan moderen dunia
Pendahuluan
Perkembangan
diplomasi di era globalisasi menjadikan diplomasi itu sendiri semakin beragam.
Salah satunya yaitu diplomasi kebudayaan. Diplomasi kebudayaan merupakan salah
satu alat bagi negara negara pada saat ini untuk mendapatkan posisi di mata
internasional. Untuk itu, penting menganalisis peran kebudayaan sebagai salah
satu kekuatan diplomasi. Karena bentuk dan kekuatan diplomasi kebudayaan suatu
negara beragam.
Pembahasan
Konsep diplomasi
kebudayaan berasal dari dua kata yakni diplomasi dan kebudayaan. Diplomasi
merupakan instrumen yang digunakan dalam hubungan internasional untuk mencapai
kepentingan nasional. Secara
konvensional, diplomasi adalah usaha suatu bangsa untuk memperjuangkan
kepentingan nasionalnya dalam masyarakat internasional. Dalam hal ini diplomasi
diartikan bukan hanya perundingan, tapi semua upaya hubungan luar negeri. Menurut Harold Nicholson, diplomasi
adalah hal-hal yang mencakup politik luar negeri, negosiasi, mekanisme
pelaksanaan negosiasi, dan suatu cabang dinas luar negeri.
Sementara
definisi kebudayaan, menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi adalah “Semua
hasil karya cipta, rasa, dan karsa manusia. Karya menghasilkan teknologi
kebendaan atau (material culture) yang diperlukan
manusia untuk enguasai sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan
untuk kehidupan masyarakat.” Sehingga jika definisi ini disatukan, maka dapat
diperoleh gambarab bahwa diplomasi kebudayaan adalah diplomasi yang
memanfaatkan aspek kebudayaan untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya
dalam percaturan masyarakat internasional. Diplomasi kebudayaan juga dianggap
sebagai alat untuk memperlihatkan tingkat peradaban suatu bangsa. Selain itu
definisi lain mengenai diplomasi kebudayaan adalah suatu teknik pemanfaatan
dimensi kekayaan dalam percaturan hubungan antar bangsa.”
Kegiatan diplomasi
tidak hanya dilakukan oleh pemerintah atau lembaga negara, tetapi juga non-negara,
misalnya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok, dan individu. Intinya,
kegiatan diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh siapa saja. Dalam kegiatan
diplomasi yang dimaksud disini adalah kegiatan diplomasi kebudayaan dalam
artian makro, yaitu yang termanifestasikan dalam pariwisata, pendidikan,
kebudayaan, kesenian, olahraga, dan ilmu pengetahuan.
Diplomasi kebudayaan menunjuk pada
kegiatan-kegiatan di bidang budaya yang diintegrasikan ke dalam kebijakan
politik luar negeri suatu negara dan pelaksanaannya dikoordinasikan sepenuhnya
oleh Departemen Luar Negeri (Deplu). Diplomasi kebudayaan juga harus didukung dengan kekuatan dan kewi-bawaan
ekonomi, politik, dan militer. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan pada umumnya efektif dijalankan oleh
negara-negara maju
Akan tetapi pada dasarnya ada dua hal penting
dalam diplomasi kebudayaan.Pertama, bahwa diplomasi kebudayaan hanya menyangkut
pe-manfaatan kebudayaan untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri. Dalam
garis itu diplomasi kebudayaan harus dibe-dakan dari pemanfaatan kebudayaan di
luar kerangka politik luar negeri, misalnya untuk kepentingan pariwisata.
Kedua, pada saat ia mengatakan bahwa diplomasi kebudayaan harus melibatkan
kekuatan dan kewibawaan politik, ekonomi, dan militer, dan semua itu dimiliki
oleh negara maju, maka efektivi-tas diplomasi kebudayaan dipengaruhi oleh
ketidaksetaraan hubungan di antara negara-negara yang terlibat dalam diplomasi
kebudayaan itu. Dengan kata lain, diplomasi kebudayaan dapat mencapai hasil
seperti yang diharapkan jika berlangsung dalam pola hubungan
dominatif-subordinatif, dan insiatif untuk menjalankan diplomasi itu diambil
oleh negara maju (dominan) dalam hubungannya dengan negara berkembang
(subordinat), dan bukan sebaliknya.
Kedua istilah diplomasi kebudayaan digunakan untuk
menyebut pemanfaatan kebudayaan baik dalam rangka praktik politik luar negeri
maupun untuk kepentingan pariwisata atau dengan cara lain dapat dikatakan bahwa
pariwisata merupakan bagian dari diplomasi kebudayaan. Dengan pemahaman itu
pula kedua penulis tersebut menunjukkan bahwa diplomasi kebudayaan ternyata
dapat diterapkan secara baik dan berhasil oleh negara negara berkembang seperti
Indonesia dengan cara menjalin kerja sama dengan negara-negara maju, terutama
Amerika Serikat (AS).
Diplomasi
Kebudayaan dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepentingan bangsa dalam
memahami, menginformasikan dan mempengaruhi (membangun citra) bangsa lain lewat
kebudayaan. Sebenarnya tindakan yang paling efektif untuk merubah citra adalah
dengan merubah realitas, namun diplomasi kebudayaan juga menjadi salah satu
sarana yang efektif untuk mencapai kepentingan bangsa, agar bangsa lain dapat
memahami, mendapat informasi dan dapat dipengaruhi untuk
kepentingan-kepentingan berbagai hal dari bangsa kita. Dengan dilakukannya
diplomasi kebudayaan, dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman untuk
peningkatan citra positif, membangun saling pengertian dan memperbaiki citra
bangsa.
Diplomasi
kebudayaan tidak hanya berurusan dengan perkara politik, khususnya politik luar
negeri, tetapi juga berkaitan dengan bidang lain seperti pariwisata dan
perdagangan ekspor. Oleh karena itu, ukuran-ukuran untuk menilai keberhasilan
diplomasi ini juga menca-kup lebih banyak variabel. Misalnya indonesia sebagai
negara berkembang, dengan Perkembangan jumlah wisatawan yang datang ke
Indonesia dan angka ekspor produk non-migas dari Indonesia ke Luar Negeri
hanyalah dua contoh dari sejumlah kriteria yang diperlukan untuk menilai
efektivitas diplomasi kebudayaan.
Simpulan
Diplomasi
kebudayaan merupakan salah satu strategi untuk mencapai tujuan nasional suatu
negara. diplomasi kebudayaan berhubungan erat dengan diplomasi politik, dan
banyak bidang lainnya. Yang berarti bahwa diplomasi kebudayaan telah memiliki
kedudukan yang sama dengan diplomasi politik. Dan artinya keduanya memiliki
hubungan timbal balik satu sama lain.
Referensi
Barston, R.P. 1997. Modern
diplomacy. Edisi Kedua. New York: Longman
Nicolson, H. 1988. Diplomacy.
London: Institute for the Study of Diplomacy.
Muhaimin, Yahya A.. 2007. “Kata Pengantar: Diplomasi Kebu-ayaan yang
Bermakna”, dalam Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi
Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang, Studi Kasus Indonesia.
Yogyakarta: Ombak.
Soerjono Soekanto. Pengantar
Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
terima kasihhh
BalasHapusTerimakasih Ibu sebelumnya, kalau boleh bertanya. Apakah ibu punya refrensi lain mengenai teori Diplomasi Kebudayaan?
BalasHapus